09 Oktober 2008

Rizieq Gerakkan Demo Bukan Suatu Kejahatan


Jakarta - Ketua FPI Habib Rizieq didakwa menyalahgunakan kekuasaan dengan menganjurkan orang lain melakukan kekerasan serta menyebarkan rasa kebencian dan permusuhan terhadap suatu golongan. Namun menurut saksi ahli, menggerakkan orang lain berdemo bukan suatu kejahatan.

"Menggerakan pengunjuk rasa bukanlah suatu kejahatan. Memberikan usulan demo tidak menyalahi aturan, selama demo sesuai dengan aturan. Jika terjadi insiden di luar perkiraan, maka itu merupakan tanggung jawab pelaku di lapangan," kata pakar hukum pidana UI Rudi Satrio.

Hal tersebut disampaikan staf pengajar FH UI ini saat memberikan kesaksian dalam persidangan kasus penyerbuan massa AKKBB di Monas dengan terdakwa Rizieq di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta, Kamis (9/10). Sidang dipimpin majelis hakim Panusunan Harahap.

Mengenai pasal 170 KUHP yang didakwakan pada Rizieq, dituturkan Rudi, yang dimaksud adalah pelaku melakukan kekerasan secara terang-terangan hingga dapat diketahui orang lain.

"Obyek kekerasan yang dimaksud adalah orang atau barang. Sedangkan Ahmadiyah bukan orang atau barang," ujar Rudi.

Sedangkan pasal 156 KUHP yang juga didakwakan kepada Rizieq, menurut Rudi, kurang tepat. Pasal tersebut menyebutkan menyebarkan permusuhan atau kebencian terhadap suatu golongan. "Sedangkan Ahmadiyah bukan ras atau suku tertentu. Ahmadiyah juga bukan agama, juga bukan Islam," katanya.[inilah.com]

Azab Allah SWT Menggelayut di Atas Amerika


Krisis ekonomi yang menimpa Amerika Serikat dewasa ini tampaknya semakin memburuk. Kekhawatiran bahwa ia akan berkembang menjadi krisis global semakin nyata.

Krisis ekonomi yang menimpa Amerika Serikat dewasa ini tampaknya semakin memburuk. Kekhawatiran bahwa ia akan berkembang menjadi krisis global semakin nyata.

Seorang ulama warganegara Amerika keturunan Yaman segera menulis peringatan kepada kaum muslimin di Amerika Serikat dalam situs-nya. Imam Anwar Al-Awlaki bahkan memberi judul menghebohkan atas artikelnya: �Apakah Franklin sedang mewujud menjadi Washington?�

Di bawah ini kami akan muat text asli posting beliau lalu dilanjutkan dengan terjemahan bebas di bawahnya.

Intinya, Imam Anwar memperingatkan kita semua akan bahaya kemungkinan pemerintah AS di bawah pimpinan George Bush menerapkan kebijakan sanering (pemotongan nilai uang dollar). Imam Anwar mengkhawatirkan bilamana lembar uang seratus dollar AS bakal dipotong menjadi setara dengan lembar uang satu dollar AS...!

Maka, Imam Anwar menganjurkan kaum muslimin di AS untuk melakukan langkah antisipatif dengan cara membeli emas dan perak guna mengamankan dollar mereka sebelum kebijakan sanering berlaku.

Bila ini menjadi kenyataan sudah barang tentu dampaknya akan meluas termasuk sangat mungkin mempengaruhi kondisi rupiah Indonesia yang memang selama ini sangat bergantung kepada kuat-lemahnya mata uang dollar AS.

Akankah ini menjadi awal kesadaran global pentingnya meninggalkan uang kertas dan kembali kepada dinar dan dirham? Semoga...[eramuslim]

Mahasiswa Ciptakan Linux Tuna Netra


Dua mahasiswa D3 Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS, Debi Praharadika dan Eko Wahyu Susilo, menciptakan komputer bersistem Linux yang dirancang khusus untuk tuna netra dalam bahasa Indonesia.

"Pembuatan sistem operasi Linux untuk orang buta itu membutuhkan perjuangan keras karena harus mulai dari nol dengan membuat algoritma sendiri, kemudian keyboard-nya juga khusus dengan tombol huruf braille," kata Debi di Surabaya, Selasa.

Secara garis besar, katanya, cara kerja Linux Tuna netra yakni mengomunikasikan hasil ketikan keyboard ke dalam format suara.

"Jadi, bila ada suatu naskah diketik dengan keyboard braille maka akan dihasilkan suara sesuai naskah yang diketikkan. Penanganan yang sama juga berlaku ketika komputer hendak dimatikan," katanya.

Namun, katanya, kendala membuat Linux Tuna netra adalah saat membangun database suara yang terdiri atas Natural Language Processing (NLP) dan Digital Signal Processing (DSP).

"NLP merupakan kata yang dipotong-potong sesuai bahasa Indonesia. Kita harus merekam satu persatu konsonan, kemudian menggabungkannya sendiri hingga menjadi sebuah kata," ujarnya.

Oleh karena itu, ia berharap program yang diciptakannya itu bisa dimanfaatkan masyarakat luas, terutama kaum tuna netra yang sangat membutuhkan.

"Ide untuk membuat terobosan itu bermula saat saya ditanya ibu yang kebetulan mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Tunagrahita. Ibu bertanya, apakah ada komputer untuk kaum tuna netra," katanya.

Dari pertanyaan ibundanya itulah, Debi akhirnya berniat untuk membuat program Linux bagi tuna netra, kemudian dia mengajak Eko untuk mewujudkannya melalui Tugas Akhir (TA) mereka.

"Kami tak ingin mengomersilkan terobosan itu, karena itu kami memilih Linux sebagai alternatif," kata mahasiswa yang akan diwisuda pada 12-13 Oktober itu.

Dilindungi Genuine Public License (GPL), karya mereka dapat diakses secara gratis oleh masyarakat.

"Silakan saja kalau ingin memodifikasi, meng-copy, dan menyebarluaskan program Linux tersebut," katanya.

Ia menambahkan, hasil searching internet sebenarnya sudah ada orang yang menemukan produk serupa, tapi penemuan itu hanya dalam bahasa Inggris.

"Saya yang mengurusi system user interface, sedangkan Eko yang mengembangkan text to speech dalam bahasa Indonesia," katanya.[Kapanlagi.com]