11 November 2008

Misteri 911 dibalik eksekusi Amrozi

Angka 911 kerap dikaitkan dengan aksi teror. Pasalnya, sejumlah tragedi terorisme kerap terdapat angka 911 didalamnya. Sebut saja di antaranya tragedi pengeboman di World Trade Centre (WTC).

Begitupun dengan Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudera. Ketiga pelaku pengeboman di Bali pada 12 Oktober 2002 ini telah dieksekusi pada tanggal 9 November kemarin. Dalam eksekusi tersebut, muncul pula angka 911, karena pada tanggal 9 dan bulan 11.

Bertahun-tahun mereka mendekam di LP Nusakambangan. Pemerintah memutuskan tanggal 9 November 2008 untuk mengeksekusi ketiganya. Mengapa pemerintah mengeksekusi pada 9 November? Apakah angka 911 memiliki makna dibalik pelaksanaan eksekusi ketiganya?

Pelaksanaan eksekusi mati tiga terpidana bom Bali I yang digelar Minggu 9 November 2008 masih menuai kontroversi. Pasalnya, waktu pelaksanaan terkesan sama dengan tragedi pengeboman World Trade Centre (WTC) 11 September 2001. Keduanya memiliki kesamaan terdapat angka 911 didalamnya.

Menanggapi hal tersebut, Kejaksaan Agung melalui Kapuspenkum Jasman Panjaitan mengatakan, pihaknya tidak mengetahui mengapa pemilihan waktu eksekusi pada 9 September.

"Kami tidak tahu. Masalah waktu dan tempat pelaksanaan itu urusan polisi atas petunjuk dari Kejati setempat. Jadi, kami tidak mengetahui apa-apa tentang angka 911," ujar Jasman saat dikonfirmasi okezone, Senin (10/11/2008).

Sedangkan Mabes Polri membantah jika penentuan waktu eksekusi atas permintaan polisi. Menurut Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Polisi Abubakar Nataprawira, penetapan tanggal eksekusi mati Amrozi adalah kewenangan Kejagung.

"Tanya saja ke Kejagung," tukasnya saat dikonfirmasi terkait pemilihan tanggal 9 November yang mengingatkan kepada misteri angka 911.

Dirinya enggan mengaitkan tanggal eksekusi dengan peristiwa 911. Menurutnya, polisi hanya menjalankan pelaksanaan eksekusi sesuai permintaan dari Kejagung. Karena, kata dia, peran Polri dalam eksekusi Amrozi Cs hanya sebatas regu tembak.

Kemiripan waktu eksekusi Amrozi Cs dengan peristiwa pengeboman World Trade Centre (WTC) pada 11 September 2001 silam, memicu spekulasi adanya skenario tertentu di balik kebijakan itu.

Santer kabar, pemilihan waktu itu atas permintaan dari Pemerintah Australia. Hal ini cukup beralasan karena warga negara Australia menjadi korban terbanyak dalam peristiwa bom Bali I yang menewaskan 202 orang tersebut.

"Itu (waktu eksekusi Amrozi Cs) atas permintaan dari Pemerintah Australia kepada Pemerintah Indonesia. Jadi sengaja dibalik antara bulan dan tanggalnya saja. Setting waktunya jelas," tegas pengamat intelijen El Chaidar di Jakarta, Senin (10/11/2008).

Selain itu, kata dia, pelaksanaan waktu eksekusi Amrozi Cs pada Sabtu malam memiliki kesamaan dengan peristiwa peledakan Paddy's Bar and The Sari Club di Kuta, Bali pada 12 Oktober 2002. "Sama malam minggu juga waktunya," ujarnya.

Atas hal ini, Chaidar sangat menyayangkan kebijakan dari Pemerintah Indonesia. Citra Indonesia di mata dunia internasional dapat tercoreng. Sebab, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.

"Proses eksekusi itu menunjukkan negara ini tak punya harga diri lagi karena bisa ditekan Amerika Serikat dan Australia," tudingnya. (okzn/redaksi)

Setelah eksekusi, SBY lapor di Pertemuan G 20

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dipastikan akan menghadiri pertemuan pimpinan negara-negara yang tergabung dalam G-20, di Washington, pada 15 November mendatang. SBY ditengarai akan melaporkan eksekusi Amrozi Cs untuk membuktikan kesetiaannya pada AS.

"Dengan eksekusi Amrozi Cs, ini bukan hanya hadiah buat Obama, tapi memang bentuk kesetiaan SBY pada Amerika," kata peneliti Institute for Defence Security and Peace Study (IDSPS) Zaenul Maarif, dalam perbincangan dengan INILAH.COM, di Jakarta, Senin (10/11).

Sebelum Obama terpilih, menurutnya, SBY sudah melakukan rangkaian kerja sama memerangi terorisme dengan George W Bush. Sehingga, eksekusi atas tiga terpidana mati Bom Bali I Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas, bukan hanya memuaskan AS, tapi juga Australia, yang sebagian warganya menjadi korban.

�Namun, peran Amerika tentunya lebih besar. Apalagi mendukung pendanaan sekitar US$6 miliar untuk membentuk Detasemen 88," jelasnya

Eksekusi mati terhadap Amrozi Cs sendiri, dinilai Zaenul, tidak akan menyelesaikan masalah terorisme di Indonesia. Sebab, terorisme merupakan patologi sosial yang menyebabkan seseorang frustasi.

"Cara penanganan pemerintah Indonesia seharusnya, jangan bergantung pada kepentingan asing yang masih represif dalam menanggulangi terorisme. Sebaiknya pemerintah harus mempunyai formula tersendiri. Dengan eksekusi Amrozi Cs akan mengakumulasi kebencian secara ideologis pada SBY," tegasnya.[inlh/edaksi)