13 November 2008

Rakyat Kebanjiran, Gedung DPR Renovasi 33 M

Di saat negara sedang kesulitan uang, renovasi Gedung Nusantara I DPR memakan biaya yang mengejutkan. Kabarnya, untuk renovasi ruang kerja dan toilet plus keramiknya dan furniturnya, DPR mengeluarkan kocek Rp33 miliar lebih.

Berdasarkan info yang didapat Waspada Online, Rabu (12/11), untuk renovasi ruang kerja dan toilet di Gedung Nusantara I, DPR menghabiskan kocek Rp26.263.848.000. Sementara untuk pembangunan 10 kamar kerja baru dan furniturenya, dana yang dikeluarkan mencapai Rp7.205.253.000. Total untuk renovasi gedung di Komplek MPR/DPR tersebut Rp33.469.101.000.

Hal ini dibenarkan oleh Wakil Ketua Fraksi PPP Lukman Hakim. Menurut dia, renovasi tersebut sudah berlangsung. Namun anggota DPR baru diberitahu pada 4 November 2008, saat masa reses.

"Saya dengar cerita, saya cek, ternyata memang benar dibongkar. Dan tidak ada sosialisasi. Anggota diberitahu pada 4 November, itu kan sudah reses. Dalam pembongkaran ruang kerja di Nusantara I, kita semakin sempit karena diambil 80 cm untuk ruangan sekretaris pribadi dan tenaga ahli," keluh Lukman, Jakarta.

Lukman tidak melihat adanya urgensi pembongkatan tersebut. Karenanya, dia meminta pekerjaan renovasi dihentikan dulu.

"Bayangkan saja, sudah sempit dikurangi lagi. Yang seharusnya diubah itu ruang sidang paripurna yang membuat para anggota tenggelam. Seperti gedung teater, besar sekali. Seharusnya kecil saja (ruang paripurna)," imbuhnya.


Di tempat terpisah Sekjen DPR Nining Indra Saleh membantah renovasi gedung Nusantara I DPR dilakukan diam-diam pada saat reses. Renovasi dengan menambah 10 kamar kerja baru, di ruangan anggota dewan telah dibahas sebelumnya oleh anggota DPR.

"Dilakukan waktu reses ini agar anggota dewan tidak terganggu dalam menjalankan tugas atau aktivitasnya. Makanya, kita laksanakan malam hari," kata Nining dalam konferensi persnya di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (13/11).

Dituturkan Nining, renovasi ruangan anggota dewan yang berada di gedung nusantara I itu, sebelumnya sudah dibahas di kalangan anggota dewan. Pembahasan itu dilakukan pada 17 Juli 2008 lalu.

"Dewan sudah menetapkan dengan mengangkat tenaga ahli tanggal 17 Juli 2008," ujar Nining

Renovasi itu, lanjut Nining, untuk menampung bertambahnya jumlah tenaga ahli. Karena, selama ini tenaga ahli hanya menjadi alat kelengkapan semata. Karenya itu, tenaga ahli tidak memiliki tempat atau ruangan. Apalagi, pada pemilu mendatang, setiap anggota dewan didampingi satu orang tenaga ahli.

"Jumlah total keseluruhan 730-an. Harusnya Tenaga ahli berada dalam satu ruangan dengan anggota dan tidak berkeliaran," ucap Nining.

Sedangkan Kepala Biro Pemeliharaan Pembangunan Instalasi Sekjen DPR, Diding Harbamin menjelaskan anggaran renovasi tersebut membutuhkan dana sekitar Rp 33 miliar. "Semua proses sudah terpenuhi. kita sudah tender," ucap Diding.

Untuk renovasi ruang kerja, lanjut Diding, ada 8 kontraktor yang terlibat. Dalam tender yang menang adalah PT Pembangunan Perumahan. Sebab, perusahaan tersebut mengajukan anggaran paling rendah sebesar Rp 25,6 miliar.

Sementara untuk furnitur ruangan dewan sebanyak enam perusahaan yang mengikuti tender. Pemenang tendernya adalah PT Cahaya Sakti Investindo Succes dengan anggaran Rp 6,9 miliar.

"Jadi, sisanya dari Rp 33 miliar itu nanti akan dikembalikan", pungkas Diding.

Berdasarkan informasi yang diterima INILAH.COM, renovasi ruang kerja dan toilet di Gedung Nusantara I DPR, khusus untuk ruang kerja dan toilet memerlukan anggaran sebesar Rp 26.263.848.000.

Sedangkan untuk pembangunan 10 kamar kerja baru dan furniturnya dibutuhkan biaya Rp 7.205.253.000. Sehingga total anggaran yang dikeluarkan untuk renovasi tersebut Rp 33.469.101.000.
(dakta.com)

Oknum Gereja Sebarkan Buku Haji Sesat

Sebuah buku tentang ibadah haji yang menyesatkan beredar di Kabupaten Lebak, Banten. Belum diketahui siapa yang mengedarkan buku tersebut.

Informasi yang dihimpun detikcom menyebutkan, buku tersebut bersampul warna hijau tanpa gambar. Pada sampul buku tertulis ibadah haji oleh H Amos.

Kepala Kantor Departemen Agama (Kakandepag) Kabupaten Lebak, Amat Saefudin, membenarkan peredaran buku tersebut. Menurut Saefudin, buku itu berisi berbagai hal yang menyesatkan umat Islam. Hal-hal yang menyesatkan antara lain, di buku itu tertulis bahwa ibadah haji adalah penyembahan terhadap berhala. Kedudukan hadis juga disebutkan lebih tinggi dari Al Quran.

"Kita masih mencari tahu siapa pelaku penyebaran buku ini," ujar Saefudin saat ditemui wartawan di kantornya, Jl Siliwangi, Lebak, Banten, Kamis (13/11/2008).

Saefudin menambahkan, pihaknya sudah melakukan berbagai langkah terkait peredaran buku tersebut. Salah satunya mengumpulkan penyuluh agama di seluruh desa di Kabupaten Lebak.

Buku tersebut diduga diedarkan oleh seorang pria yang menggunakan sepeda motor.

"Pelakunya menggunakan sepeda motor. Dia memberikan buku itu kepada anak-anak kecil di dekat Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sobang," kata Ahmad Saefudin.

Ahmad mengatakan, kasus ini sudah dilaporkan ke Polres Lebak. Dia berharap, polisi bisa segera mengungkap kasus ini sehingga tidak meresahkan masyarakat.

"Kita juga sudah melaporkan ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Lebak dan MUI Lebak," ujar Saefudin.


Siapa H.Amos ?

Adalah Drs. H. Amos yang nama aslinya Drs. Agam PoernamaWinangun. Setelah pindah iman (murtad) dari Islam ke Kristen pada usia 58 tahun, dia berubah menjadi seorang Kristen Fanatik. Dengan sangat agresif dia berusaha agar kaum muslimin lainnya mau mengikuti jejaknya untuk pindah agama.

Ditulisnya buku �Upacara Ibadah Haji� yang sangat mengelabuhi umat Islam. Dengan wajah Islam dan kutipan-kutipan Al-Qur�an dan Hadits Nabi, terkesan seolah-olah buku tersebut ditulis oleh umat Islam untuk kalangan Islam. Padahal isinya murni melecehkan dan menyerang sekaligus menantang agama Islam dan umat Islam.

Dikatakannya dalam kata pengantar halaman i bahwa buku �Upacara Ibadah Haji� tersebut disusun sebagai tambahan informasi bagi masyarakat yang akan menunaikan ibadah haji atau yang sudah menunaikan ibadah haji tetapi belum mengetahui tentang makna upacara ibadah haji.

Sementara itu dalam seluruh uraiannya dari Bab I sampai Bab V, semuanya murni melecehkan Islam dan umat Islam. Akhirnya, di bagian penutup (hal. 84), H. Amos berharap agar tambahan informasi bermuatan pelecehan itu dapat diterima dengan baik oleh para pembaca.

Sehingga, H.Amos yang mengaku-aku pernah menunaikan Ibadah Haji tahun 1983, menghimbau agar umat Islam menyadari dan tidak menutup-nutupi kekeliruan dalam hal menyembah Allah serta bertanggungjawab memperbaiki kekeliruan itu. Alasannya, karena pada dasarnya umat Islam itu menyembah setan, sesuai dengan Al-Qur�an suratYasin 60.
(dakta.com)