02 November 2008

RS Mitra Keluarga Batalkan Pemecatan Perawat Berjilbab

BEKASI -- Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Barat memutuskan mempekerjakan kembali karyawannya, Wine Dwi Mandela, yang dipecat karena mengenakan jilbab. Manajer Sumber Daya Manusia dan Personalia Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Barat E. Setyodewi mengatakan manajemen mengakomodasi keinginan Wine mengenakan seragam dinas ditambah jilbab dan manset ketika bekerja.

"Keputusan terakhir ini dalam proses pemberitahuan, baik kepada pihak pekerja (Wine) maupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi," kata Setyodewi dalam siaran persnya setelah manajemen menggelar rapat hingga kemarin sore. "Dengan diterimanya Wine, permasalahan kami anggap selesai," kata dia.

Wine, perawat bagian fisioterapi, diminta mengundurkan diri pada 21 April lalu. Ketua Komisi D DPRD Kota Bekasi Heri Koswara mengatakan pemecatan itu tak dilandasi dasar hukum. Rabu lalu, Dewan memanggil manajemen rumah sakit dan meminta pemecatan itu dievaluasi (Koran Tempo, 31 Oktober).

Menurut Wine, keputusan manajemen belum final. "Belum disetujui DPRD dan Dinas Tenaga Kerja," katanya ketika dihubungi kemarin. Ia mempertanyakan dasar pemanggilan kembali dirinya itu apakah hanya berlaku untuknya. "Sembilan puluh persen perawat itu pakai jilbab. Tapi, begitu kerja, jilbabnya dilepas," ujarnya. Ia juga mempertanyakan apakah keputusan itu juga berlaku bagi karyawan di semua Rumah Sakit Mitra Keluarga yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya.

Sebelumnya, anggota tim mediator hubungan industrial Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi, Eman Sulaiman, mengatakan langkah mediasi telah dilakukan dan menghasilkan dua anjuran. Pertama, rumah sakit mempekerjakan kembali perawat Wine, kedua, Wine diperbolehkan mengenakan jilbab asalkan tidak mengganggu pekerjaan. "Pihak pekerja setuju, rumah sakit belum sepenuhnya," kata Eman kepada Tempo kemarin.

Menurut Eman, rumah sakit hanya menyetujui Wine bekerja kembali, tapi tidak merestui mengenakan jilbab saat bekerja. "Pada intinya, rumah sakit tidak memperbolehkan pakai jilbab," kata Eman. "Anjuran kami kan sifatnya tidak mengikat," tuturnya. HAMLUDDIN | ISTI [Rekan dakta]

KH.Ahmad Dahlan Tokoh Umat, Bukan Golongan

Muhammadiyah terkesan terjebak dalam praktik pengkultusan sosok KH Ahmad Dahlan karena terlalu memprotes penggunaan gambar ulama itu dalam iklan politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Muhammadiyah seolah-olah terjebak dengan perbuatan yang selama ini selalu dihindarinya, yakni pengkultusan terhadap seseorang," kata Sosilog Islam dan Guru Besar IAIN Sumut, Prof. DR. Nur Ahmad Fadhil Lubis menjawab ANTARA di Medan, Sabtu.

Sebelumnya, empat organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah di Sumatera Utara memprotes iklan politik PKS yang menampilkan gambar pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.

Empat ortom itu adalah PW Nasyiatul Aisyiah (NA) Sumut, PW Pemuda Muhammadiyah Sumut, DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Sumut dan Ikatan Remaja Muhammadiyah Sumut.

Bahkan, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin juga menyesalkan tindakan PKS yang dianggap mendompleng gambar KH Ahmad Dahlan yang dinyatakannya tidak etis.

Menurut Lubis, sikap Muhammadiyah terhadap PKS itu dapat membuat ormas terbesar Islam tersebut terjebak dalam praktik pengkultusan sosok KH Ahmad Dahlan. Selaku ulama besar, KH Ahmad Dahlan bukan hanya menjadi milik Muhammadyiah tetapi juga milik ummat Islam yang lain, bahkan sudah menjadi milik seluruh rakyat Indonesia.

Sikap Muhammadiyah itu juga dapat memperkecil ketokohan KH Ahmad Dahlan sebagai sosok tokoh dan ulama nasional, kata alumni Unversity of California, Los Angeles, Amerika Serikat itu.

Meski demikian, kata Lubis, reaksi Muhammadiyah itu harus disikapi secara positif sebagai upaya untuk menjaga persatuan di kalangan kader ormas tersebut.

Ia menambahkan, idealnya PKS juga harus memberitahu pihak Muhammadiyah terlebih dulu karena penggunakan gambar KH Ahmad Dahlan itu untuk iklan politik.

Meski KH.Ahmad Dahlan milik seluruh ummat Islam, tetapi sudah menjadi rahasia umum jika ulama besar itu merupakan pendiri Muhammadiyah dan selalu diidentikkan dengan ormas tersebut.

Pemberitahuan itu berkaitan dengan etika semata, karena gambar KH Ahmad Dahlan digunakan dalam iklan politik, bukan kegiatan sosial seperti kampanye pemberantasan praktik maksiat, kata Lubis. -
(dakta.com)

Amrozi :" Tim Eksekutor Harus Non Muslim" !

Amir Ansharut Tahuid sekaligus Pimpinan Ponpes Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, Abu Bakar Ba'asyir menyampaikan pesan terakhir trio bom Bali I, Amrozi dan kawan-kawan.

Dalam pesannya, trio bom Bali I ini meminta agar regu tembak dirinya nanti bukan dilakukan oleh kaum muslim. Namun dilakukan oleh personel polisi dari non-muslim. Pasalnya apabila eksekutor dilakukan oleh personel polisi dari non-muslim, ketigannya mempercayai akan mendapatkan pahala yang berlipat.

"Namun apabila eksekutor nanti dilakukan oleh kaum muslim, dikhawatirkan personel tadi akan menjadi murtad. Sebab,membunuh sesama muslim hukumnya dosa besar," papar Baasyir di Masjid Salamah, Tipes Solo, Jawa Tengah, Jumat (31/10/2008).

Selain menyatakan menolak eksekutor dilakukan personel muslim, ketigannya menolak jenazahnya di kafani kain dari pemerintah. Tetapi apabila jenazah ketigannya telah dikafani, mereka meminta pihak keluarga untuk segera mengganti kain kafan tersebut.

Menurut Ba'asyir, pemerintah wajib memenuhi tuntutan terakhir ketigannya. Meskipun permintaan tersebut mustahil dapat dipenuhi. Pasalnya, pemerintah sudah pasti akan melarang pihak keluarga atau tim pembela muslim masuk pascaeksekusi.

Namun, pihak keluarga telah mempersiapkan segala sesuatu untuk memenuhi perminaan ketigannya, setelah jenazah ketigannya tiba di kediamannya masing-masing.
(dakta.com)

Ketika Cinta Bertasbih Siap Syuting

Kamis, 30 Oktober 2008, Kru Sinemart, Duta Besar RI Kairo, para bintang film Ketika Cinta Bertasbih, dan sekitar 100 hadirin memadati wisma Duta KBRI Kairo dalam acara tasyakuran rencana produksi film KCB yang diangkat dari novel karya Habiburrahman El Shirazy.

Siang itu, acara diawali pemotongan tumpeng oleh Duta Besar RI, AM Fachir, sebagai simbol dari rencana kegiatan syuting. Rencananya besok syuting akan dimulai di Universitas Al Azhar yang berada di kawasan Al Azhar Square Cairo.

"Kita akan dukung dan apresiasi rencana pembuatan film KCB ini dan menfasilitasi kegiatannya sesuai ruang lingkup KBRI Kairo," tutur Fachir dalam sambutannya.

Film KCB yang digarap Sinemart Pictures milik Leo Sutanto, dengan penulis skenario Imam Tantowi dan sutradara Chaerul Umam ini sarat dengan pendekatan budaya dan dakwah yang moderat.

"Film ini memiliki misi dakwah, misi mempererat hubungan dan misi kebudayaan yang sangat tinggi," sahut Fachir yang sangat bangga dengan kreativitas sarjana Al Azhar Mesir yang tulus.

Menurut Danang Waskito, Sekretaris III Fungsi Pensosbud KBRI Kairo, sebenarnya kru Sinemart bukan pertama kali ketemu Duta Besar RI Cairo. Karena akan syuting, maka para kru mohon doa restu dari masyarakat Indonesia di Cairo.

Sementara itu, dalam paparannya, Mohammed Adel Ashoub, pemilik AdelAshoub Production House sebagai partner Sinemart di Mesir, menyatakan bahwa ini adalah film pertama kerjasama Indonesia-Mesir dan sangat mungkin diselenggarakan kerjasama film Indonesia Mesir dengan setting Indonesia.

"Latar historis Mesir-Indonesia sangat kental karena hubungan Soekarno dan Gamal Abdel Nasser yang menjadi ikatan batin," tutur Adel Ashoub semangat.

Adel mengharapkan agar film yang dilahirkan atas kerjasama ini dapat dikenal tidak saja di Indonesia, Mesir dan negara-negara Arab melainkan dapat memberi warna di Asia Tenggara.
(dakta.com)