Dunia, khususnya negara-negara Arab, mengecam aksi tutup mulut Barack Obama atas serangan brutal Israel di Gaza. Ada yang menilai, Israel mendesak Obama ke pojok ring. Obama tak berbuat apa-apa. Dia seperti ayam sayur.
Jumlah mereka tak banyak. Hanya hampir 30 orang. Tapi, sinyal yang mereka tunjukkan jelas! Mereka meminta Barack Obama, presiden terpilih AS, bersikap tentang serangan biadab Israel ke Gaza. Kuatnya sinyal itu ditunjukkan dengan demonstrasi hanya beberapa blok dari rumah Obama di Kenwood, Chicago, Sabtu (3/12).
Di sana, mereka mengibarkan bendera Palestina. Mereka meneriakkan slogan antiperang. Pada satu titik, mereka berteriak dan jatuh ke tanah. Sebuah gerak teaterikal simbolisasi serangan udara Israel. Serangan yang menggunakan bom dan pesawat tempur buatan Amerika.
�Kami takkan diam. Kami takkan lemah. Tak boleh ada lagi pembunuhan masal atas nama kami,� teriak mereka.
Demonstrasi itu memang tak bisa mendekati rumah Obama. Mereka tak bisa menembus barikade polisi. Mereka digiring ke 51st Street dan Woodlawn Avenue.
�Ini bukan soal mengirim pesan kepada Obama. Ini soal pesan kepada seluruh warga Amerika, pesan agar mereka tidak puas dengan apa yang terjadi di Gaza,� ujar Hank Brown, salah seorang warga South Side, tetangga Obama, yang ikut jadi demonstran.
Lebih dari 460 jiwa tewas. Lebih dari 1.700 orang terluka. Itu angka sebelum Israel melancarkan serangan darat, sejak Sabtu. Korban tewas akan terus bertambah. Toh, Obama tetap tutup mulut. Inilah yang menggusarkan demonstran pendukung Palestina itu.
�Orang-orang perlu membuka mata mereka. Barack Obama bukan kertas kosong. Dia sudah menunjukkan pro-Israel yang sangat positif,� teriak Susan Jensen, warga Chicago lainnya. Susan sudah empat kali hadir dalam demonstrasi yang sudah berlangsung selama enam hari itu.
Obama sendiri sedang liburan di Hawaii saat krisis pecah. Para pembantunya menyebutkan Obama tak hendak membuat pernyataan karena bisa membingungkan. Pasalnya, secara resmi, AS masih diperintah Presiden George W. Bush.
�Presiden terpilih Obama memonitor kondisi global secara seksama, termasuk situasi di Gaza. Tapi, saat ini hanya ada satu presiden,� tutur Brooke Anderson, juru bicara Dewan Keamanan Nasional.
Tapi, pengamat politik Arab menandai gerakan tutup mulut Obama dengan skeptis. Mereka menyebut kebijakan Obama soal Timur Tengah takkan berbeda dengan Bush. Artinya, Obama akan tetap membela Israel.
Jaringan televisi Al Jazeera dengan sinis memotret gambaran Obama saat krisis meletus di Gaza. Mereka memunculkan adegan Obama mengenakan celana pendek dan main golf di Hawaii dipadu dengan gambaran apa yang terjadi di Gaza.
Analis politik Timur Tengah, Labib Kamhawi, mengingatkan publik tentang slogan perubahan yang dikampanyekan Obama. Masyarakat dunia tentu berharap Obama pun akan mengaplikasikannya dalam konflik di Palestina.
�Mereka melihat diam ini sebagai tanda-tanda negatif. Mereka pikir dia memaafkan apa yang terjadi di Gaza karena dia tak mengekspresikan pandangannya. Dia bahkan tak mengirim sebuah sinyal sekalipun kepada orang di wilayah tersebut bahwa dia tak senang dengan apa yang terjadi,� katanya.
Sunera Thobani, dosen studi kewanitaan di Universitas British Columbia, menilai Israel menghancurkan momentum Obama untuk membawa kedamaian dunia. Israel memojokkan Obama dengan serangan ini.
�Diamnya Obama atas krisis Gaza membuatnya mengalami kerugian modal politik yang sangat besar. Obama kelihatan lemah dan tak efektif, bahkan sebelum pelantikannya,� katanya. Ya, tak ubahnya bagai ayam sayur.
dakta.com
Jumlah mereka tak banyak. Hanya hampir 30 orang. Tapi, sinyal yang mereka tunjukkan jelas! Mereka meminta Barack Obama, presiden terpilih AS, bersikap tentang serangan biadab Israel ke Gaza. Kuatnya sinyal itu ditunjukkan dengan demonstrasi hanya beberapa blok dari rumah Obama di Kenwood, Chicago, Sabtu (3/12).
Di sana, mereka mengibarkan bendera Palestina. Mereka meneriakkan slogan antiperang. Pada satu titik, mereka berteriak dan jatuh ke tanah. Sebuah gerak teaterikal simbolisasi serangan udara Israel. Serangan yang menggunakan bom dan pesawat tempur buatan Amerika.
�Kami takkan diam. Kami takkan lemah. Tak boleh ada lagi pembunuhan masal atas nama kami,� teriak mereka.
Demonstrasi itu memang tak bisa mendekati rumah Obama. Mereka tak bisa menembus barikade polisi. Mereka digiring ke 51st Street dan Woodlawn Avenue.
�Ini bukan soal mengirim pesan kepada Obama. Ini soal pesan kepada seluruh warga Amerika, pesan agar mereka tidak puas dengan apa yang terjadi di Gaza,� ujar Hank Brown, salah seorang warga South Side, tetangga Obama, yang ikut jadi demonstran.
Lebih dari 460 jiwa tewas. Lebih dari 1.700 orang terluka. Itu angka sebelum Israel melancarkan serangan darat, sejak Sabtu. Korban tewas akan terus bertambah. Toh, Obama tetap tutup mulut. Inilah yang menggusarkan demonstran pendukung Palestina itu.
�Orang-orang perlu membuka mata mereka. Barack Obama bukan kertas kosong. Dia sudah menunjukkan pro-Israel yang sangat positif,� teriak Susan Jensen, warga Chicago lainnya. Susan sudah empat kali hadir dalam demonstrasi yang sudah berlangsung selama enam hari itu.
Obama sendiri sedang liburan di Hawaii saat krisis pecah. Para pembantunya menyebutkan Obama tak hendak membuat pernyataan karena bisa membingungkan. Pasalnya, secara resmi, AS masih diperintah Presiden George W. Bush.
�Presiden terpilih Obama memonitor kondisi global secara seksama, termasuk situasi di Gaza. Tapi, saat ini hanya ada satu presiden,� tutur Brooke Anderson, juru bicara Dewan Keamanan Nasional.
Tapi, pengamat politik Arab menandai gerakan tutup mulut Obama dengan skeptis. Mereka menyebut kebijakan Obama soal Timur Tengah takkan berbeda dengan Bush. Artinya, Obama akan tetap membela Israel.
Jaringan televisi Al Jazeera dengan sinis memotret gambaran Obama saat krisis meletus di Gaza. Mereka memunculkan adegan Obama mengenakan celana pendek dan main golf di Hawaii dipadu dengan gambaran apa yang terjadi di Gaza.
Analis politik Timur Tengah, Labib Kamhawi, mengingatkan publik tentang slogan perubahan yang dikampanyekan Obama. Masyarakat dunia tentu berharap Obama pun akan mengaplikasikannya dalam konflik di Palestina.
�Mereka melihat diam ini sebagai tanda-tanda negatif. Mereka pikir dia memaafkan apa yang terjadi di Gaza karena dia tak mengekspresikan pandangannya. Dia bahkan tak mengirim sebuah sinyal sekalipun kepada orang di wilayah tersebut bahwa dia tak senang dengan apa yang terjadi,� katanya.
Sunera Thobani, dosen studi kewanitaan di Universitas British Columbia, menilai Israel menghancurkan momentum Obama untuk membawa kedamaian dunia. Israel memojokkan Obama dengan serangan ini.
�Diamnya Obama atas krisis Gaza membuatnya mengalami kerugian modal politik yang sangat besar. Obama kelihatan lemah dan tak efektif, bahkan sebelum pelantikannya,� katanya. Ya, tak ubahnya bagai ayam sayur.
dakta.com